Jumat, 18 September 2015

INTISARI KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM THARIQATTA’ALLUM



INTISARI KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM THARIQATTA’ALLUM
OLEH : SUGANDA INDRAWIJAYA, S.Pd.I

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat harkat derajat manusia yang berilmu ilmu dan beriman melebihi derajat manusia biasa. Salawat dan Salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad, pemimpin seluruh umat manusia, Maha guru yang mencetak manusia biasa menjadi luar biasa, dan semoga pula tercurah atas keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.
Salah satu tujuan Allah menciptakan manusia adalah menjadi kholifah fil ardh ( wakil Tuhan di muka Bumi).Sebagai wakil Tuhan maka wajib bagi kita untuk menampilkan sifat robbaniy agar bumi yang disediakan oleh Yang Maha Rahman dan Rahim menjadi makmur sehingga membawa kesejateraan bagi seluruh umat dan mahluk lainnya ( rahmatan lil a’lamin).
Tugas yang sangat berat yang diemban oleh mahluk yang bernama manusia.Dan Allah Maha Mengetahui akan hal itu, karenanya Allah memberikan perangkat kepada manusia agar daapat menjalankan amanah-Nya berupa akal, qolbu, dan jasad yang sempurna.Dengan potensi-potensi tersebut diharapkan manusia memiliki pengetahuan.
Tanpa pengetahuan manusia tidak akan dapat menjalankan tugasnya sebagai kholifah.Untuk memperoleh pengetahuan manusia perlu beljar untuk mendapatkan ilmu.Itulah sebabnya mengapa ayat yang diturunkan pertama kali di Gua Hiro adalah Surah Al A’laq ( iqro ) yang artinya bacalah atau belajarlah.Dengan belajar kita akan memperoleh ilmu.Dengan ilmu inilah kita dapat menjalani kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.Hadits Nabi SAW yang artinya: Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka harus dengan ilmu, barang siap yang menghendaki kehidupan akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan keduanya, maka harus dengan ilmu.Begitu penting kedudukan ilmu dalam Islam.Maka menuntut ilmu bagi umat Islam adalah wajib sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits yang artinya : Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah).
Dalam hal menuntut ilmu banyak ulama menjelaskan bagaimana keutamaan menuntut ilmu dan bagaimana agar sukses dalam menuntut ilmu yang ditulis dalam berbagai kitab.Salah satu kitab yang fenomenal adalah kitab “Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum” karya Syaikh Burhanuddin Az zanurji.Berikut ringkasannya :
1.      Kewajiban Menuntut Ilmu dan Keutamaan Ilmu
Sebagaimana dikataakan di atas bahwa menuntut ilmu adalah wajib.Terlebih ilmu agama. Sehingga ada yang berkata,“Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.” Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam, shalat misalnya. Oleh karena setiap orang islam wajib mengerjakan shalat, maka mereka wajib mengetahui rukun-rukun dan sarat-sarat sahnya shalat, supaya dapat melaksanakan shalat dengan sempurna.
Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan. Allah Ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam as. Diatas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah agar sujud kepada Nabi Adam as. Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”
Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk di pelajarai. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
2.      Niat Belajar
Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda Nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih.
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.
Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan  para penguasa.
3.      Pantangan Ahli ilmu
Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan.Tidak melakukan maksiat, ilmu yang didapatinya tidak untuk membodohi orang lain, dan berbuat atau bertindak bikasana.Lisan harus terjaga dari perkataan yang tidak pantas layaknya orang yang tak beilmu.
4.      Selalu Musyawarah Dan diskusi
Seharusnya pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. demikian, karena Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan masih diperintahkan musyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri.
Menuntut ilmu adalah perkara paling mulIa, tetapi juga paling sulit. Karena itulah, musyawarah atau diskusi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.
5.      Sabar dan Tabah Dalam Belajar
Ketahuilah! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan. “Keberanian ialah sabar sejenak.” Maka sebaiknya pelajar mempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru, dalam mempelajari suatu kitab atau ilmu/pelajaran jangan sampai beralih ke materi  berikutnya sebelum memahaminya benar-benar, dan juga dalam tempat belajar jangan sampai berpindah kelain daerah kecuali karena terpaksa. Kalau hal ini di langgar, dapat membuat urusan jadi kacau balau, hati tidak tenang, waktupun terbuang, biaya bertambah,  dan melukai hati sang guru.
Sebuah syair ini dari gubahan Ali bin Abu Tholib sebagai berikut:Tak bisa kau raih ilmu, tanpa memakai 6 senjata, Kututurkan ini padamu, kan jelaslah semuanya, yaitu cerdas, sabar dan loba (selalu ingin mandapatkan banyak ilmu), jangan lupa mengisi saku (biaya), Sang guru mau membina, kau sanggup sepanjang waktu.
  1. Memilih Teman
Tentang memilih teman, hendaklah memilih yang tekun, waro, bertabiat jujur serta mudah memahami masalah. Jauhilah  orang pemalas, sering bolos, penganggur, banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah.Sebab teman yang durhaka, lebih berbisa daripada ular yang berbisa.Siapa yang bergaul dengan tukang minyak wangi, maka akan kebagian harumnya, dan siapa yang bergaul dengan pandai besi maka akan terkena percikan apinya atau bau besi.
7.      Mengagungkan Ilmu Dan Ahli Ilmu
Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.Karenanya hormatilah guru, kerjakan tugas yang diberikannya dengan baik.Dengarkan dengan baik apa yang disampaikannya dengan demikian berarti kita sebagai murid telah memenuhi salah satu haknya.
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.

  1. Memuliakan Kitab (Buku)
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya pelajar jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci.Sediakan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang kamu baru tahu atau untuk mengingat kembali pelajaran yang mungkin kita sudah lupa.Karena buatlah catatan yang jelas, mudah dibaca, dan jangan mecampur aduk buku catatan yang satu dengan yang lainnya.
  1. Menghormati Teman
Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar.
  1. Menyingkiri Akhlak Tercela
Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”. Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong
11.  Sungguh-Sungguh, Kontinuitas Dan Cita-Cita Luhur
Selain itu semua, pelajar juga harus bersungguh hati dalam belajar serta kontinu (terus-terusan). Seperti itu pula di tunjukkan firman Allah: “Dan Orang-orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami” (Surat 29, Al-Ankabut 69).
Ada dikatakan  : “siapa sungguh-sungguh dalam mencari sesuatu pastilah ketemu” “Brangsiapa mengetuk pintu bertubi-tubi, pasti dapat memasuki”. ada dikatakan lagi: “Sejauhmana usahamu, sekian pula tercapai cita-citamu”
Pelajar pula harus sanggup tidak tidur bermalam-malam.Artnya jangan habiskan waktu malam hanya untuk tidur, tapi gunakan untuk belajar dan bermunajat kepada-Nya. Tidak boleh tidak, pelajar harus dengan kontinyu sanggup dan mengulangi pelajaran yang telah lewat. Hal itu dilakukan pada awal waktu malam, akhir waktu malam. Sebab waktu diantara maghrib dan isya, demikian pula waktu sahur puasa adalah membawa berkah.
Pelajar harus luhur cita-citanya dalam berilmu. Manusia itu akan terbang dengan cita-citanya, sebagaimana halnya burung terbang dengan kedua sayapnya.
Pangkal kesuksesan adalah kesungguhan dan cita-cita yang luhur. Barang siapa bercita-cita menghapalkan seluruh pelajaran, disertai usaha yang sungguh-sungguh dan tak kenal berhenti, maka menurut ukuran lahir pasti akan bisa menghafal sebagian besar atau separohnya.
Demikian pula sebaliknya, bila ita-citanya tinggi tapi tidak ada kesungguhan berusaha, atau sungguh-sungguh tetapi tidak bercita-cita tinggi, maka hanya sedikit pula ilmu yang berhasil didapatkannya.
  1. Usah sekuat Tenaga
Hendaklah pelajar bersungguh-sungguh sampai terasa letih guna mencapai kesuksesan, dan tak kenal berhenti, dan dengan cara menghayati keutamaan ilmu. Ilmu itu kekal, sedang harta adalah fana.Lawan rasa malas yang terkadang menghalangi perjalanan kesuksesan kita.Biasanya rasa mala itu disebakan oleh terlalu banyak makan.
  1. Membuat Catatan
Sebaiknya sang murid membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah di fahami hafalannya, untuk kemudian sering diulang-ulang kembali. Karena dengan cara begitu, akan bermanfaat sekali.
  1. Usaha Memahami Pelajaran
Pelajar hendaknya mencurahkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dari sang guru, atau boleh juga dengan cara diangan-angan sendiri, di fikir-fikir dan sering diulang-ulang sendiri. Karena bila pelajaran yang baru itu hanya sedikit dan sering diulang-ulang sendiri, akhirnyapun dapat dimengerti.: “Hafal dua huruf lebih bagus daripada mendengarkan saja dua batas pelajaran. Dan memahami dua huruf lebih baik daripada menghapal dua batas pelajaran. Apabila seseorang telah pernah satu atau dua kali mengabaikan dan tidak mau berusaha, maka menjadi terbisakan, dan menjadi tidak bisa memahami kalimat yang tidak panjang sekalipun.
  1. Berdo’a
Hendaknya pula, dengan sungguh-sungguh memanjatkan do’a kepada Allah dan meratap serta meronta. Allah pasti mengabulkan do’a yang di mohonkan, dan tidak mengabaikan orang yang mengharapkan.Ilmu itu datangnya dari Allah, maka mintalah kepada yang memilikinya.
  1. Mudzakarah Munadharah Dan Mutharahah
Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik. Apabila di dalam pembahasan itu dimaksudkan untuk sekedar mengobarkan perang lidah, maka tidak diperbolehkan menurut agama. Yang diperbolehkan adalah dalam rangka mencari kebenaran, Faedah mutharahah dan mudzakarah itu jelas lebih besar daripada sekedar mengulang pelajaran sendirian, sebab disamping berarti mengulang pelajaran, juga menambah pengetahuan yang baru.
  1. Bersyukur
Demikianlah, pelajar harus menyatakan syukurnya dengan lisan, hati, badan dan juga hartanya. Mengetahui/menyadari bahwa kefahaman, ilmu dan taufik itu semuanya datang dari hadirat Allah Swt. Memohon hidayahnya dengan berdo’a dan meronta, karena hanya Dialah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang memohon.
  1. Pengorbanan Harta Demi Ilmu
Dengan harta yang dimiliki, hendaklah dipergunakan untuk  membeli kitab (buku) dan mengaji menulis jika diperlukan. Demikian itu akan lebih memudahkan belajar dan bertafaqquh.
Demikianlah ringkasan kitab Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum” karya Syaikh Burhanuddin Az zanurji yang bisa Saya sajikan semoga bermanfaat untuk diri Saya sendiri dan juga siapa saja yang membacanya.Penulis yakin masih banyak kekurangnya, karenanya mohon koreksi dari tulisan ini.
























Kamis, 17 September 2015

ETOS KERJA DALAM ISLAM



ETOS KERJA DALAM ISLAM
Oleh : Suganda Indrawijaya
Agama Islam berdasarkan Al Quran dan Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin tidak hanya mengatur urusan ibadah saja tetapi juga mengatur dalam urusan kerja.Sebagai seorang muslim  wajibhukumnya  untuk bekerja yang halal,  bahkan ketika kita bekerja dengan niat ibadah dan untuk menafkahi keluarga maka hukumnya sama dengan berjihad fisabililah.
Jadi tidak ada istilah menganggur  di dalam Islam.Oleh karena itu ada 2 prinship supaya kita tidak mengangur.Yaitu jangan menyendiri ketika mengangggur dan jangan menganggur ketika menyendiri.Ini prinship yang harus melekat erat dalam memori kita.Allah Swt telah memerintahkan kita dalam kitabnya Al Quran supaya kita bekerja yaiotu terdapat dalam QS.9: 105 yang berbunyi :
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

artinya :
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.  
Dalam bekerja menurut Agama Islam tidak hanya bekerja, namun harus memperhatikan etika-etika di dalam bekerja.
Etika  seperangkat nilai-nilai moral, norma-norma kepatutan dan kepantasan (baik-buruk) dalam berinteraksi sosial  .Sedangkan kerja artinya beramal artinya beraktifitas dalam dan demi hidup dan kehidupan. Karena dalam Islam tidak dikenal pemisahan antara dunia – akhirat, agama – dunia, maka segala aktifitas hidup dan kehidupan merupakan amal yang diperintahkan oleh Islam.
Segala bentuk pekerjaan atau perbuatan bagi seorang muslim dilakukan dengan sadar dan dengan tujuan yang jelas yaitu sebagai bentuk pengabdian kepada Allah semata-mata sebagimna firmanNya : “tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu” (QS Adz-Zaariyaat/ 51 : 56)Jadi Etika kerja = nilai-nilai moral dan norma baik buruk (yang dianggap patut dan pantas) dalam melakukan pekerjaan.Adapun Prinsip-prinsip etika dalam bekerja diantarnya adalah :
1.    Bekerja dengan niat Mengabdikan Diri Kepada Allah;
Sebagaimana tujuan penciptaan manusia adalah yang pertama sebagai kholifah Fil Ardh yang tugasnya adalah memakmurkan bumi ini untuk kesejahteraan umat.(QS.2;30).Yang kedua yaitu sebagai hamba Allah yang senantiasa beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan (QS.51:56)
  1. Bekerja dengan ikhlas, cerdas, keras, tuntas, dan memberi rasa puas
Salah satu syarat diterimanya amal ialah dilakukan dengan ikhlas.Artinya dengan memurnikan ketaatan kepada Allah atau hanya mengharaf ridho Allah.Seorang yang bekerja dengan ikhlas dia selalu bekerja dengan tupoksinya.Ada atau tidak ada atasan dia tetap bekerja sesuai dengan apa yang sudah ditugaskan kepadanya dengan baik.Oleh karena itu agar tupoksi yang sudah digariskan dapat terlaksana dengan baik maka kita harus mempunyai kecerdasan dalam bekerja.Sekali lagi kuncinya adalah ilmu.Karenanya Allah akan memberikan  derajat lebih tinggi kepada orang-orang yang beriman dan berilmu (QS.58;11) sehingga dapat memberika kepuasan bagi rekan erja apalgi atasan jika kita bekerja dengan landasan iman  dan ilmu serta dilakukan dengan penuh keikhlasan
  1. Bekerja dengan Amanah;
Bekerja dengan amanah adalah merupakan salah satu kunci kesuksesan Nabi Muhammad Saw.Bekerja dengan amanah berarti Bersikap teguh pendirian dan hati-hati , berpikir masa depan ,Bertutur kata penuh kearifan , bertindak penuh inisiatif dan tanggung jawab , berlaku adil dan demokratis , bersemangat dalam  penegakan disiplin ,menghargai dan memaknai waktu , anti penyalahgunaan wewenang/jabatan , anti  pemborosan ,serta  anti ketidakdisiplinan
  1. Bekerja dengan Tekun dan Profesional
      Dikisahkan suatu ketika rasulallah berjalan bersama para sahabat dijumpainya seorang yang tua renta yang sedang memecahkan batu , kemudian dicium tangannya.Melihat hal tersebut para sahabat merasa aneh dan bertanya mengapa rasul mencium tangan orang tua itu.Rasul mengatakan Aku kagum dengan orang tua tersebut karena beliau sudah bekerja dengan tekun  dan professional(itqon).
      Dalam sebuah hadits dikatakan                        إن الله يحب أحدكم إذا عملأن يتقنه (رواه البيهقي)
yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai seseorang jika bekerja ia melakukannya dengan profesional.” (HR. al-Baihaqi)
  1. Bekerja dengan kreatif dan berorientasi pada produktivitas tinggi;
     Umat Islam di dalam bekerja harus kretaif dan berorientasi pada kualitas sehingga dapat memberikan manfaat untuk orang banyak
     Penggalan Hadits . وخير الناس أنفعهم للناس artinya sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat untuk orang lain.
  1. Bekerja dengan semangat kerja sama (teamwork)
Dalam satu ayat Al Qur’an mengatakan : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”…(QS al-Maidah/ 5 : 2)
Tidak ada manusia yang terlepas sama sekali dari orang lain, karena mereka hidup saling berinteraksi. Oleh karenanya, disadari atau tidak, seseorang pasti memerlukan orang lain dalam hidup dan kehidupannya.
     Begitu juga dalam hal profesi atau pekerjaan, satu profesi membutuhkan profesi yang lain. Maka dalam hal ini kebersamaan dan hubungan kerjasama antar profesi/ pekerjaan merupakan suatu keniscayan.
Oleh karena pada fitrahnya manusia itu adalah makhluk sosial, maka jalinan kebersamaan dan hubungan kerjasama pasti diadakan oleh manusia, apa pun latar belakangnya.
Dan paling penting diingat, sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, bahwa “kebaikan yang tidak terorganisir, akan terkalahkan oleh kejahatan yang terorganisir”; kita harus mengadakan koordinasi yang harmonis antara satu profesi dengan profesi lainnya dalam melangkahkan tujuan bersama yaitu kebaikan yang hakiki.
7.    Bekerja demi Kebahagiaan umat manusia.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa tujuan penciptaan manusia adalah sebagai seorang kholifah yang nota bene bertugas untuk memkmurkan bumi ini untuk kesejahteraan umat manusia, maka sewajarnya ketika kita bekerja harus mempunyai tujuan untuk membahgiakan umat manusia.Kita dapat mencontoh orientasi kerja dari mahluk Allah yang bernama lebah .  
Bekerja dengan Manajemen Lebah
v   Nabi SAW bersabda: "Mukmin itu bagaikan lebah. Jika hinggap pada tanaman berbunga, ia memakan sarinya yang baik,  tidak mematahkan maupun merusak yang dihinggapinya." (HR Ahmad, Abu Syaibah, dan Attabarani).
v  Karakteristik Koloni (masyarakat) lebah:
1.      Bersatu-padu-kompak (Kesatuan, persaudaraan, kebersamaan)
2.      Bekerjasama, berbagi tugas dan fungsi
3.      Bekerja keras (maksimal) dan efektif
4.      Berorientai kepada produktivitas 
5.      Berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan
6.      Berorientasi kepada masa depan, berbuat untuk memberi manfaat, dan kesejahteraan.
7.      Tidak merusak lingkungan, tetapi memberi nilai mutualisme pada tumbuhan yang dihinggapi
8.      Anti mengonsumsi yang tidak baik (yang dikonsumsi lebah adalah sari bunga atau minuman  yang manis, bergizi).
9.      Menempuh jalan Tuhan (taat)

Referensi : dari berbagai sumber