VALENTINE
DAY (HARI BERKASIH SAYANG)
Menurut
pandangan Islam
Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau
supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau
supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi
pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang,
atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi
kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau
yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.
Momentum ini sangat disukai anak-anak
remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka
terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya,
terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat,
namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali
negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.
Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja
memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini
sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan
sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya
sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat
dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya,
hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti
juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa
demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final
di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian
diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New
Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005),
sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan
Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang
diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada
tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan
tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke
dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan
legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno,
pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan
kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan
Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang
dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai
hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama
Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang
setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap
tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus
dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan
lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit
domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan
berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan
kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu
yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18
Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama
(13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love)
bernama Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan
mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan
mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya
selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang
pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke
kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama
upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para
perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa
kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma,
mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus
atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory
I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran
Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi
Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo
Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus
sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda
pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14
Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa
Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya
“St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang
memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan
memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah
Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi.
Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan
menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius
II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan
peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para
pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam
mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan
banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan
hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14
Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu
sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M,
ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja
mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya
di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris,
peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam
puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My
Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan
atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan
kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan
arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini
sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan
orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian
Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my
Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan
melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta
seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya
menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi
atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra
Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu
rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya
sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo
Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja
Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo
Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang
berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni),
dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini
dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496
menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai
martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14
Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II
sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan
pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam
Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai
jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan
dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia.
Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke
gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi
khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu,
sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka
yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender
gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja
yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau
demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok
gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya
berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku
kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa
menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir
pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati
secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan
dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih
menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN BISNIS
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan
hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para
pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel,
pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain
yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan
marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat
spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat
laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog
sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan
menjadi perayaan bisnis.
PESTA KEMAKSIATAN
Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah
atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen
Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa
ini juga merambah ke daratan Amerika.
Orang biasanya mengira perayaan Hari
Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari
Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris
masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian
diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang
diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland
(1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku
dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk
memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia
terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga
kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card
Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan
"Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada
perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan
Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh
dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia,
sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya
terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New
Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga
memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua
kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi
bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya
memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih
besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa
berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai
mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan
perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara
Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan
dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih
bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan)
ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan
sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya
esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di negara-negara
Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh
melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam
itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang
berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis.
Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup
dan menjijikan.
IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak
remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk
mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang
mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang
mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan
mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak
remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti
itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah
pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus
sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula
secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi
Kristiani tersebut, apa pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim yang
ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga
ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan”
dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan
musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat
ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia
termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga
berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi
mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi
selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari
raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada
kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi
selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan
tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan
kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat
Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum
Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Berkata Zulkifli Nordin di dalam
kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE"
adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492
adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini mengumumkan atau mengikrarkan
hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana menurutnya Islam adalah
ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari
Valentine. Semoga Anda Semua dapat mengambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita
ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya
kerajaan Islam kita di Sepanyol..
6 Kerusakan Valentine’s Day
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru
Orang Kafir
Agama
Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan
ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan
para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq:
Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang
Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya
orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini
menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum
dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’,
1/185)
Dalam
hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru
orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’
[hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no.
1269).
Telah
jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi
menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri
Orang Beriman
Allah
Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah
orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan
ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam
valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan
orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul
Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai
makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah
saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan
macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak
menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik.
Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi,
ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang
musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji,
maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat
tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan
Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut
bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan
Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika
orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan
berikut ini.
Dari
Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَتَّى
السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan
terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا
أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa
yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang
tersebut menjawab,
مَا
أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى
أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku
tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat,
banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah
dan Rasul-Nya.”
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ
مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau
begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam
riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا
فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – «
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى
الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ
بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami
tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan
bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas
pun mengatakan,
فَأَنَا
أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ
“Kalau
begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar.
Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka,
walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan,
bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang
dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan
para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu
engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim,
manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama
tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa
yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga
menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam
Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus,
tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh
karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my
valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar,
menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada
berhala.
Kami
pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan
nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan
selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir
lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama
(baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah
dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah).
Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada
syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan
selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan
selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini
adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar
mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat
dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan
selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan
selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci
oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum
minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat
lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat
Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian
di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa
sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek
zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam
semangat hari Valentine itu,
ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama
seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan
seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal
mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam
Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada
perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja
tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang
hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah
mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka
menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir
(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah
sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme,
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan
kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu
yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh
agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma
kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan
mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh
karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari
Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh
membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak,
dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa
dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah
Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang
belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Wallahu'alam bishawab.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Sumber :
Artikel www.muslim.or.id
Eramuslim.Com
tanbihul_ghafilin.tripod.com/valentineday.htm