TAHUN
BARU HIJRIYAH
Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu, hari ini
Selasa 5 November 2013 kita memasuki lembaran baru 1 Muharom 1435 H.Karenanya
marilah kita panjatkan puji serta syukur kita kepada Allah SWT, bahwa kita
masih diberikan kesempatan untuk menkmati indahnya dunia walau bersifat fana,
kita masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara yang membuat kita masih dapat
menkmati indahnya hidup walau terkadang jalan yang kita lalui terjal dan
berliku, terkadang di iringi tangis dan air mata, namun tak sedkit juga dapat
tertawa.Sholawat serta salam semoga selalu tercurah keharibaan baginda
Rasulallah SAW, keluarga, sahabat, serta orang, orang yang mengikuti manhajnya.
Banyak orang yang mengaku beragama Islam namun tidak
tahu penanggalan agamanya sendiri oleh karena itu disini Saya paparkan sejarah
penanggalan Islam ( kalender Hijriah) yang Saya ambil dari berbagai sumber di
internet.Berikut ini paparannya:
Sejarah Penentuan
Kalender Islam (Hijriyah)
Pada
tahun 682 Masehi, 'Umar bin Al Khattab yang saat itu menjadi khalifah
melihat sebuah masalah. Negeri islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya
menimbulkan berbagai persoalan administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau
penguasa daerah dengan pusat ternyata belum rapi karena tidak adanya acuan
penanggalan. Masing-masing daerah menandai urusan muamalah mereka dengan sistem
kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan laiinnya.
Maka,
Khalifah 'Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk menentukan satu
sistem penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua
wilayah kekuasaan islam.
Nama bulan-bulan dalam kalender islam
Sistem
penanggalan yang dipakai sudah memiliki tuntunan jelas di dalam Al Qur'an,
yaitu sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang dipakai
adalah nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa
kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi').
Praktek Nasi' memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih
tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3
tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau
matahari. Karena itu pula, arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah
tersebut beberapa di antaranya menunjukkan kondisi musim. Misalnya, Rabi'ul
Awwal artinya musim semi yang pertama. Ramadhan artinya musim panas.
Praktek
Nasi' ini juga dilakukan atau disalahgunakan oleh kaum Quraisy agar
memperoleh keuntungan dengan datangnya jamaah haji pada musim yang sama di tiap
tahun di mana mereka bisa mengambil keuntungan perniagaan yang lebih besar.
Praktek ini juga berdampak pada ketidakjelasan masa bulan-bulan Haram. Pada tahun
ke-10 setelah hijrah, Allah menurunkan ayat yang melarang praktek Nasi'
ini:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram..." [At Taubah (9): 38]
"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah
kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu,
mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang
lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah
mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah... "
[At Taubah (9): 39]
Dalam
satu tahun ada 12 bulan dan mereka adalah:
- Muharram
- Shafar
- Rabi'ul Awal
- Rabi'ul Akhir
- Jumadil Awal
- Jumadil Akhir
- Rajab
- Sya'ban
- Ramadhan
- Syawal
- Dzulqa'idah
- Dzulhijjah
Sedangkan
4 bulan Haram, di mana peperangan atau pertumpahan darah di larang,
adalah: Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Peristiwa Hijrah sebagai tonggak Kalender Islam
Masalah
selanjutnya adalah menentukan awal penghitungan kalender islam ini. Apakah akan
memakai tahun kelahiran Nabi Muhammad saw., seperti orang Nasrani? Apakah saat
kematian beliau? Ataukah saat Nabi diangkat menjadi Rasul atau turunnya Al
Qur'an? Ataukah saat kemenangan kaum muslimin dalam peperangan?
Ternyata
pilihan majelis Khalifah 'Umar tersebut adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijrah.
Karena itulah, kalender islam ini biasa dikenal juga sebagai kalender hijriyah.
Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun peristiwa Hijrah atau
bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi saw. sendiri
berlangsung pada bulan Rabi'ul Awal 1 H atau September 622 M.
Sejarah Hijrah
1.
Hijrah ke Negeri Abbesina (Etiopia)
23 April 2013 pukul 12:00
Q.S. Al Fiil 1-5
ٲلم تركيف فعل ربّك بٲ صحا ب الفيل۞
ٲلم يجعل كيدهم في تضليل۞
وٲرسل عليهم طيراأبابيل۞
ترميهم بحجارة مّن سجّيل۞
فجعلهم كعصف مّأكول۞
1. Habsyi juga dikenal
dengan nama Abbessina atau Ethiopia. Raja Habsyi penganut agama Nashrani yang
didalam kitabnya telah diberitakan akan datang suatu saat seorang Rasul Allah
yang memiliki sifat-sifat yang sangat terpuji; 2. Rasul menganjurkan kaum
muslimin hijrah karena siksaan pedih dari kafir Quraisy; 3. Hijrah ke Habsyi di
samping menghindarkan dari siksaan kaum kafir Quraisy juga merupakan upaya
mensyi'arkan Islam pertama ke daerah di luar Arab; 4. Hijrah ke Habsyi pertama
terjadi pada tahun kelima setelah Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul; 5.
Hijrah ke Habsyi kedua ialah tahun ketujuh setelah Nabi Muhammad diangkat
sebagai Rasul; 6. Utusan kaum kafir Quraisy yang membujuk Raja Habsyi agar
mengembalikan kaum muslimin ke Mekkah dipimpin oleh Amru bin Ash;
A.
Habsyi Sebelum Kelahiran Rasulullah
Sebelum Nabi Muhammad
lahir, wilayah Habsyi atau Abbesinia adalah sekutu Kerajaan Romawi, Raja Habsyi
bernama Nejus memeluk agama Nashrani. Raja Nejus inilah sekitar abad ke-5
Masehi bekerjasama dengan Kerajaan Romawi membebaskan kota Yaman dari serangan
kaum Yahudi di bawah pimpinan Zu Nuas.
Setelah Yaman bebas dari
pemerintahan Yahudi Habsyi, menempatkan panglimanya bernama Aryath yang dibantu
oleh Abrahah. Kemudian Abrahah memberontak dan menggantikan Aryath. Setelah
Abrahah berkuasa di Yaman. Ia berusaha menaklukkan kota Mekkah dan ingin
menghancurkan Ka’bah. Kisah Abrahah ini ternukil dalam Al Qur’an surat al fiil.
Pada tahun itu pulalah Muhammad kecil dilahirkan.
Pengaruh Habsyi di wilayah Arab (Yaman)
hilang setelah Habsyi ditaklukkan oleh kerajaan Persia. Namun komunikasi antara
penduduk Arab dengan Habsyi sudah pernah terjadi sebelum Nabi Muhammad diutus
sebagai Rasul. Bahkan ketika Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul sudah tersiar
berita bahwa, Raja Habsyi sangat berbeda dengan Abrahah yang pernah menyerang
Ka’bah. Informasi yang sampai waktu iu ke kaum muslimin ialah bahwa Raja Habsyi
bak dan sangat menghormati tamu.
B. Alasan Kaum Muslimin
Hijrah ke Habsyi
Ajaran Islam yang diajarkan
Nabi Muhammad SAW, semakin menarik minat penduduk Mekkah. Sehingga jumlah yang
mengaku beriman dari waktu ke waktu bertambah banyak. Keadaan ini menyebabkan
kaum Kafir Quraisy kehilangan kesabarannya. Jika sebelumnyaNabi Muhammad dan
kaum muslimin lebih banyak disakiti dengan ucapan dan ejekan, kini mulai dengan
cara menyakiti fisik. Para sahabat yang masuk Islam mendapat siksaan yang
sangat kejam. Bahkan kepada Nabi pun mereka telah berani melakukannya.
Suatu hari Uthbah bin
Rabi’ah dating kepada Nabi menawarkan sejumlah harta, bila Nabi mau
menghentikan dakwahnya. Kaum kafir Quraisy seakan sudah kehilangan akal sehat
dan kesabarannya melihat pertumbuhan Islam. Semakin banyak yang disiksa semakin
banyak yang membela dan masuk Islam. Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW tetap
tidak merasa tenang melihat berbagai siksaan yang ditimpakan kepada sahabat
beliau.
Melihat keadaan yang
menimpa kaum muslimin, Nabi Muhammad mengusulkan kepada sahabat agar hijrah ke
wilayah lain yang lebih aman. Wilayah itu adalah Ethiopia atau Abbesinia dan
juga dikenal dengan nama Habsyi, hijrah ke Habsyi itu menjadi pilihan terbaik
saat itu.
C. Hijrah ke Abbesinia yang
Pertama
Waktu Nabi Muhammad SAW
menganjurkan sahabat hijrah ke Habsyi, negeri itu sedang dikuasai oleh raja
bernama Najasyi (Negus) yang beragama Nashrani dan dikenal sebagai seorang raja
yang baik hati, taat pada ajaran agamanya, menjamin keselamatan seluruh
penduduk dan tamu-tamuya.
Peristiwa itu terjadi pada
tahun ke-5 sesudah Nabi Muhammad SAW, diutus menjadi Rasul. Nasehat dan
petunjuk Rasulullah itu diikuti oleh sahabat. Rombongan pertama berangkat
sebanyak 14 orang sahabat. Mereka terdiri dari 10 orang sahabat lakui-laki dan
4 orang perempuan. Diantara mereka adalah Usman bin Affan, Zuber bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf.
Hijrah ke Habsyi tahap
pertama mempunyai makna lain disamping menghindari siksaan dari orang Quraisy,
yakni memperkenalkan Islam kepada penduduk di luar Arab. Hijrah ke Habsyi ini
adalah diplomasi pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, ke luar Arab.
Setelah rombongan kaum
muslimin sampai di Habsyi, kemudian pimpinan rombongan menghadap raja. Mereka
diterima secara baik dan tidak mendapat kesulitan menemui raja. Kenyataan yang
mereka lihat memang sesuai dengan apa yang diberitakan Rasulullah, yakni raja
Habsyi baik hati dan menjamin keamanan seluruh rakyat dan orang-orang yang
dating ke sana. Para sahabat yang hijrah merasa lega. Penderitaan yang mereka
alami waktu di Mekah telah hilang. Kini mereka dapat bekerja dengan baik,
beribadah dengan tenang, dapat mengamalkan ajaran agama dengan bebas.
Berita gembira ini sampai
pula ke negeri Mekah. Para sahabat yang masih berada di Mekah sangat gembira
mendengarnya. Hal itu menggugah semangat sahabat yang lain untuk hijrah ke
negeri Habsyi. Setelah merasa cukup lama meninggalkan Mekah, maka sebagian yang
hijrah tahap pertama ke Habsyi pulang ke Mekah. Tetapi di Mekah tetap mendapat
perlakuan yang tidak baik dari kaum Quraisy. Mereka masih tetap dimusuhi dan
dianiaya, sehingga ada yang kembali berangkat ke Habsyi dan menetap disana.
Inilah tim dakwah yang menyebarkan agama Islam di Ethiopia untuk masa
selanjutnya.
D. Hijrah ke Abbesinia yang
Kedua
Pengalaman pertama kaum
muslimin ke Habsyi ternyata mendorong minat sahabat yang lain untuk mencobanya.
Sebab tinggal di Mekah semakin hari semakin sulit. Penderitaan demi penderitaan
dating silih berganti. Keberingasan kafir Quraisy sudah melampaui batas
perikemanusiaan. Para budak yang masuk Islam dicambuk, dijemur di terik
matahari, dipotong anggota tubuhnya dan ada yang langsung dibunuh.
Pada tahun ke-7 masa
kerasulan, berangkatlah rombongan kedua dengan jumlah yang lebih besar, yaitu
101 orang. Rombongan ini terdiri dari 83 orang laki-laki dan 18 orang
perempuan. Hijrah ke Habsyi yang kedua ini dipimpin oleh Ja’far bin Abdul
Mutholib.
Sampai di Habsyi rombongan
melakukan hal yang sama dengan rombongan pertama yaitu menghadap raja. Ketika
bertemu dengan raja, Ja’far bin Abdul Muthalib sebagai pimpinan rombongan
menerangkan maksud kedatangan mereka. Ia memohon raja Najasyi memperkenankan
mereka tinggal di negeri Habsyi. Raja Najasyi memahami dan menaruh simpatik
kepada mereka dan mengatakan bersedia menolong dan melindungi mereka.
E. Sikap & Siasat
Kaum Quraisy terhadap Hijrahnya kaum muslimin
Berita hijrah kedua ini diketahui oleh kafir
Quraisy, sebab jumlah rombongan ini jauh lebih banyak dari rombongan pertama.
Orang Quraisy khawatir mereka menjadi kuat di daerah tempat hijrah.
Kekhawatiran itu semakin beralasan sebab kafir Quraisy mendengar bahwa kaum
muslimin mendapat perlakuan yang baik dari raja Habsyi yang bernama Najasyi.
Kafir Quraisy menyusun
siasat agar kaum muslimin yang hijrah itu kembali ke Mekah, siasat tersebut
adalah menginformasikan kepada raja Habsyi bahwa mereka yang hijrah itu adalah
pemberontak dan bermoral jelek. Informasi itu harus disampaikan langsung kepada
raja agar mereka diusir dan disuruh kembali ke Mekah.
Untuk melaksanakan tipu
muslihat tersebut kafir Quraisy mengirim delegasinya ke Abbesinia mengahadap
raja Najasyi. Delegasi itu dipimpin Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah.
Sampai di Abbesinia kedua utusan itu berusaha mencari dukungan dari Uskup
gereja kerajaan. Setiap uskup yang ditemui mereka beri hadiah agar mendukung
maksud tersebut. Berkat kelihaian mereka, maka uskup gereja mengijinkan masuk
menghadap raja. Pada tahap Pertama yaitu bertemu dengan raja, usaha mereka
berhasil.
F. Pertemuan Utusan
Quraisy dengan Raja Abbesinia
Waktu pertemuan Amru bin
Ash selaku ketua delegasi menjelaskan :
“Hai Paduka! Di Negara tuan
ada pelarian dari negeri kami. Mereka dalah orang-orang yang keluar dari agama
nenek moyang mereka, masuk agama baru yang tidak kami ketahui asal-usulnya.
Agama tersebut lain dari agama tuan. Agama tersebut memecah belah persatuan
kita. Sehingga kami diutus untuk minta (tolong) kepada tua, agar membantu
kami mengembalikan pelarian itu”
Para pendeta yang sudah
menerima suap, bekerjasama dengan delegasi Quraisy dan menyatakan mendukung
informasi yang disampaikan itu. Namun Raja Habsyi tidak langsung percaya ucapan
Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah. Raja ragu, sebab yang ia lihat sangat
berbeda dengan yang diinformasikan Amru bin Ash dan kawannya. Kemudian raja
menyuruh pegawai istana memanggil seluruh kaum muslimin. Lalu menanyakan apakah
benar mereka menganut agama yang memecah belah persatuan di negerinya? Kenapa
orang Islam tidak memilih agama Kristen atau agama nenek moyang saja?
Pertanyaan itu dijawab oleh
Ja’far bin Abdul Muthalib :
“Ya Paduka Kaisar! Dulu
waktu kami masih hidup pada zaman jahiliyah, kami adalah kaum penyembah
berhala, gemar makanan haram, minum arak, berbuat dosa, menimbulkan kerusakan
dan memutuskan hubungan keluarga. Bahkan kami menindas orang lemah. Itulah
kebiasaan kami pada zaman jahiliyah. Kemudian Allah telah mengutus seorang Nabi
yang telah kami kenal kejujurannya, amanahnya.beliau mengajak kami menyembah
Allah dan tidak menyekutukanNya dengan lainnya. Tetapi kaum kami benci dan
menyiksa kami. Terpaksa kami hijrah dari negeri ini agar agar kami mendapatkan
perlindungan dari kejahatan mereka”
Raja Najasyi
termenung dan bertanya: “Apakah Nabi anda mengajarkan sesuatu dari Allah?”.
Maka Ja’far bin Abdul Muthalib membacakan salah satu firman Allah yaitu surat
Maryam. Mendengar ayat al Qur’an itu, Raja dan Uskup terharu dan menangis
tersedu-sedu. Lalu menyuruh utusan Quraisy untuk pulang ke Mekah dan Raja tidak
mau menyerahkan kaum Muslimin untuk kembali ke Mekah.
Amru bin Ash dan
kawan-kawan tidak berhasil. Bahkan para pendeta yang semula mendukung usaha
mereka berbalik kagum kepada kaum muslimin. Ternyata apa yang mereka dengar
dari kaum Quraisy tidak benar. Melihat keadaan yang semakin menyudutkan
delegasi Quraisy, maka Amru bin Ash berkata : “ Wahai raja, sesungguhnya mereka
menuduh terhadap Isa dengan perkataan yang tidak baik”.
Maka Raja bertanya kepada
Ja’far, bagaimana pendapatnya tentang Isa. Ja’far menjelaskan :
“Nabi kami mengajarkan
bahwa Isa adalah hamba Allahyang diutus Allah. Isa adalah roh-Nya dan
kalimat-Nya yang diciptakan lewat kandungan Maryam”.
Mendengar jawaban Ja’far bin Abdul
Muthalib raja Najasyi berdiri dan memukul-mukulkan tongkatnya, sambil berkata:
“Demi Allah, apa yang
dikatakan mereka adalah sama dengan apa yang kami percayai. Tidak lebih dan
tidak kurang sedikitpun seperti yang diajarkan kepada kami”
Maka habislah harapan
utusan Quraisy. Raja Najasyi menyuruh mereka pulang ke Mekah, mereka pulang
dengan tangan hampa dan umat Islam pun tetap mendapatkan perlindungan dari Raja
Najasyi serta mendapatkan penghormatan yang lebih baik.
https://www.facebook.com/notes/.../sejarah-hijrah...(catatan
Maman Suryaman)
Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Hijrah yang berarti
perpindahan dianggap sebagai salah satu ibadah dengan nilai pahala yang tinggi.
Dalam banyak ayat al-Quran Allah Swt menjelaskan kemuliaan ibadah ini dan
menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka yang berhijrah. Sebab,
selain kesulitan yang dihadapi seorang muhajir baik kesulitan karena
meninggalkan negeri asal, kesulitan di negara baru dan banyak hal lain, hijrah juga dimaksudkan untuk menjaga
dan memelihara agama dan risalah ilahi yang terakhir ini.
ALI MENGGANTIKAN
TIDUR RASULULLAH SAW
Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke Madinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Alloh SWT datang supaya beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan.
Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw, mereka melihat sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.
DI DALAM GUA TSUR
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
SURAQA
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari Rasululloh Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah yang disebutkan tadi seorang diri.
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari Rasululloh Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah yang disebutkan tadi seorang diri.
Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad Saw
hingga kudanya dua kali tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat
bahwa ia sudah hampir kedua orang itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya
Muhammad sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan
keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu
dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Suraqa merasa itu suatu alamat
buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu. Sampai di situ ia berhenti
dan hanya memanggil-manggil:
“Saya Suraqa bin Ju’syum!
Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang akan
merugikan tuan-tuan.” Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya,
dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti
bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu
di atas tulang atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah
diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang bila ada orang mau
mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan olehnya, sesudah tadinya ia sendiri yang
mengejarnya.
SEJARAH KISAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH
Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw berjalan, mengaso di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Alloh Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekati.
Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah tersiar di Madinah. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu, ingin melihatnya.
MASYARAKAT MADINAH
Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Madinah biasa dipakai tempat buang air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang manusia, ia pun masuk Islam.
MESJID QUBA'
Ketika
rombongan Rasululloh Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari ia di sana
dan membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah
mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan oleh rasululloh Saw –
kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra menempuh perjalanannya ke Madinah
dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan
yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk
menyusul saudara-saudaranya seagama.
SAMPAI DI MADINAH
Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka.
Setiba
Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di
dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu
sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh
untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung
turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan
bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’
.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
Hikmah Hijrah
Dalam
Islam ada tiga bentuk hijrah:
- Berpindah dari negeri yang penuh kesyirikan ke negeri Islam, seperti hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Makkah (negeri yg penuh kesyirikan kala itu) ke Madinah (negeri Islam).
- Berpindah dari Negeri yang menebar teror atau menakutkan ke negri yang aman, sepeti Hijrahnya Rasulullah dan sebagian sahabat ke Habasayah (Etopia).
- Meninggalkan segala hal yang dilarang Allah. Sebagaimana dijelasakan dalam sabad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
(
اَلْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ ) رواه البخاري
“Orang
yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala hal yang dilarang Allah Subhanahu
wa Ta’ala ” (HR. Al Bukhari)
Hijrah
adalah sebuah tonggak sejarah besar dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw.
Hijrah adalah peristiwa yang sangat menentukan bagi kesuksesan Rasulullah saw.
mengemban risalah dalam rangka mengeluarkan manusia dari beraneka kegelapan
menuju cahaya kebenaran. Sebelum peristiwa Hijrah terjadi, Rasulullah saw.
telah berupya sekuat tenaga untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Akan tetapi,
usaha beliau kurang membuahkan hasil kalau tidak akan dikatakan mengalamai
kemandekan dan kegagalan. Berbagai macam tantangan dan cobaan dihadapi
Rasulullah saw. selama kurang lebih tiga belas tahun berdakwah di Makkah.
Keluhan Rasulullah saw. direkam oleh Allah swt. seperti diucapkan melalui lidah
nabi Nuh as. dalam surat Nuh [71]: 5-7
قَالَ
رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي
إِلَّا فِرَارًا(6)وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا
أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا
وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا(7)
Artinya:
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang
(5). maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran) (6). Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan
menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan
menyombongkan diri dengan sangat (7).”
Akhirnya, atas perintah Allah swt. Nabi saw. melakukan
hijrah yaitu berpindah dari Makkah ke Madinah. Dan ternyata, di Madinah
Rasulullah saw. memperoleh kesuksesan besar dalam berdakwah mengembangkan agama
Islam. Hanya dalam waktu sepuluh tahun, seluruh jazirah Arab tunduk di bawah
kekuasan Negara Islam yang berpusat di Madinah.
Ada banyak hikmah di balik peristiwa hijrahnya Rasulullah
saw. dari Makkah ke Madinah. Di antaranya;
Pertama,
bahwa kegagalan tidak mesti menjadikan seseorang berputus asa dalam berjuang
mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Jika manusia mengalami
kegagalan di suatu tempat, di sebuh metode dan cara, maka hendaklah dia mencari
tempat, cara atau metode baru dalam mencapai kesuksesan.
Rahmat
dan karunia Allah itu tersebar luar, allquran meyakikan.
وَلَا
تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا
الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
“dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf ayat 87)
Kedua:
semangat pengorbanan
Ketika akan hijrah, Abu Bakar ash-Shiddiq membeli dua ekor
unta yang akan mereka kendarai menuju Madinah. Abu Bakar berkata kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah! Saya telah membeli dua ekor unta untuk kendaraan
kita menuju Madinah. Silahkan engkau pilih mana unta yang engkau sukai dari
kedua unta ini!”. Rasulullah menjawab, “Tidak, saya tidak akan menaiki unta
yang bukan milik saya”. “Unta ini adalah milik engkau yang Rasulullah, karena
saya telah menghadiahkannya untukmu”. Jawab Abu Bakar.
Rasulullah tetap menolak untuk mengendarai unta tersebut,
sebelum mengganti harganya seharga yang dibeli oleh Abu Bakar. Akhirnya, Abu
Bakar mengalah dan menerima uang dari Rasulullah saw. sebanyak harga dia membeli
unta tersebut.
Begitu pula Rasulullah saw bersama Abu Bakar sampai di
Madinah, hal pertama yang dilakukan beliau adalah mencari tempat di mana masjid
akan dibangun. Setelah mendapatkan lahan yang tepat, pemilik tanah yang akan
dijadikan tempat berdirinya masjid tersebut berkata, “Ya Rasulullah! Tanah ini
saya wakafkan sebagai tempat pembangunan masjid”. Namun, Rasulullah menolak
sambil berkata, “Saya akan membangun masjid di atas tanah yang saya beli dengan
harta saya”. Akhirnya, pemilik tanah tersebut menjual tanah itu kepada
Rasulullah untuk kemudian dijadikan tempat pembangunan masjid Nabi.
Dari
kisah tersebut, ada hal yang ingin diajarkan Rasulullah kepada umatnya, bahwa
untuk mencapai sesuatu yang besar perlu ada pengorbanan. Tidak akan ada kesuksesan besar, tanpa adanya kesediaan
untuk berkorban. Buknakah kta hijrah dan perjuangan selalu seringkali dikaitkan
dengan pengorbanan harta bahkan nyawa? Lihatlah firman Allah dalam surat
at-Taubah [9]: 20
الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Ketiga : Konsep pemahaman tawakal yang benar
Jika
kita ingin belajar tawakal dengan benar maka lihatlah kisah hijrah Nabi shallallahu
alaihi wasallam yang menampakkan sikap tawakal dan mengambil
sebab-sebabnya.
Dalam hijrah tersebut Nabi shallallahu alaihi wasallam
mengambil sebelas sarana (rencana) yang menjadi sebab-sebab yang mengantarkan
pada kemenangan dan keselamatan, beliau tidak meninggalkan planingnya sama
sekali… beliau keluar dari rumahnya di akhir malam agar tidak diketahui oleh
kaum kafir, kemudian beliau pergi ke rumah Abu Bakar di pertengahan siang hari,
dimana Abu Bakar berkata, “Beliau mendatangi kami di waktu yang tidak biasanya
beliau datang kepada kami” hal itu dilakukan untuk mengelabui kaum kafir.
Nabi pun mengabarkan perintah hijrah kepada Abu Bakar, maka
keduanyapun keluar dari pintu belakang rumah, beliau mengambil jalan arah
utara—padahal Madinah terletak di arah selatan— agar jejak keduanya tidak bisa
dilacak oleh orang-orang musyrik yang menyisir jalan arah selatan ke kota
Madinah. Kemudian keduanya bersembunyi di dalam goa Tsur selam tiga hari lebih
dengan penuh kehati-hatian. Sementara Abdullah bin Abu Bakar bertugas sebagai
informan yang membawa kabar tentang orang-orang Quraisy, sementara Asma
bertugas membawakan makanan dan minuman kepada keduanya.
Lihatlah sebuah perencanaan yang matang…tidak seorang
quraisy pun yang dapat membaca perencanaan ini…sampai pada Asma binti Abu Bakar
juga tidak seorang pun menyangka wanita ini yang kondisinya sedang hamil tujuh
bulan….Anda telah meyaksikan bagaimana perencanaan orang yang tawakal kepada
Allah.
Lalu bagaimana dengan bekas-bekas jejak kaki Asma ini, Abu
Bakar memerintahkan penggembala kambingnya, Abdullah bin Fahirah agar gembalaan
kambing-kambingnya setiap hari melewati jalan yang biasa dilalui oleh Asma,
seakan-akan memang dia menggemabla dan tidak ada satupun yang meragukannya.
Akan tetapi setelah perencanaan ini, apakah kaum kafir
berhasil menyusul Rasulullah dan Abu Bakar? Mereka nyaris menemukan
keduanya dan mereka telah berdiri di mulut gua… mungkin dalam benak kita
terbesit, tidak masuk akal setelah semua perencanaan matang ini kaum
kafir bisa mencapai tempat persembunyian keduanya?
Itu logika manusia… akan tetapi logika Allah Al Wakil
sengaja menghendaki agar kaum kafir sampai di tempat persembunyian Rasulullah
dan Abu Bakar, untuk mengajarkan kepada Nabi dan kita semua arti tawakal kepada
Allah, bahwa melakukan sebab-sebab itu wajib akan tetapi jangan mengatakan bahwa sebab-sebab itulah yang
menyelamatkannya.
Kaum kafir dan musyrik sampai di depan mulut goa, Abu Bakar
berkata kepada Rasulullah, “Jika salah seorang mereka melihat ke bawah kedua
telapak kakinya pasti akan melihat kita.” Nabi shallallahu alaihi wasallam
menjawab untuk menenangkannya, “Bagaimana menurutmu dengan dua orang
semnetara Allah yang ketiganya, jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.”
Inilah arti tawakal yang harus kita pelajari dan tanamkan di
dalam jiwa kita untuk menghilangkan deprsi yang menguasai para pemuda usia dua
puluh tahunan karena khawatir dengan masa depannya, serahkan dan pasrahkan
kepada Allah, tawakallah kepada-Nya dan lakukanalah sebab-sebabnya. Dengan
sikap lapang ini akan banyak problematika teratasi.
Begitulah cara yang paling tepat untuk bertawakal. Bahwa
tawakal dilakukan setelah sebelumnya ada perancaan yang matang dan usaha yang
maksimal, barulah kemudian menyerahkan hasil dan keputusannya kepada Allah.
Jika tidak ada perencaaan dan usaha, maka tawakkal dalam hal ini adalah sesuatu
yang keliru.
Keempat:
ketika Nabi saw. telah sampai di Madinah, maka hal pertama yang dilakukan
beliau adalah membangun Masjid sebagai tempat peribatan dan penyembahan kepada
Allah, sekaligus menjadi sentral kegiatan dakwah beliau. Hal itu memberikan
pelajaran kepada kita, bahwa jika ingin sukses dalam berjuang dan mencapai
cita-cita, maka hendaklah memulainya dengan beribadah (bersujud). Sebab, sujud
atau ibadah akan membuat seseorang memiliki keyakinan yang besar akan
pertolongan dan bantuan Allah, sehingga kalaupun nanti dia menemui berbagai
kesulitan dan tantangan dia akan tetap semangat menghadapinya. Kalaupun, nanti
dia sukses maka kesuksesannya itu tidak menjadikannya lupa diri, sehingga
muncul sikap sombong dan angkuh dalam dirinya. Karena, dia akan selalu sadar
bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah berkat bantuan dan pertolongan Allah.
Inilah yang disebutkan Allah dalam surat at-Taubah [9]: 109
أَفَمَنْ
أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ
بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya:
“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada
Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.”
Kelima: Yang
juga dilakukan nabi setelah sampai di Madinah adalah mepersatukan dan
mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang) dan Anshar (penduduk asli).
Sehingga, umat Islam ketika itu sudah menjadi sebuah kesatuan dan memiliki
kekuatan yang menjadi cikal bakal kesuksesan dakwah dan perjuangan menegakan
kalimat Tauhid di kemudian hari. Melalui hal itu, Rasulullah ingin mengatakan
kepada umatnya tentang pentingnya kebersamaan persatuan dalam mencapai suatu
maksud. Sebab, tidak akan ada kesuksesan tanpa bantuan dan keikutsertaan pihak
lain. Seseorang baru bisa menjadi “bos”, jika ada sebagian orang yang bersedia
menjadi bawahannya. Begitulah seterusnya.
Keenam,
Hal lain yang dibangun nabi Mauhammad ketika sampai di Madinah adalah pasar
sebagai basis ekonomi umat Islam ketika itu. Kenapa Rasulullah saw. membangun
pasar? Sebab, apapun bentuknya perjuangan manusia, apalagi dakwah mengajak
manusia ke jalan Tuhan, perlu didukung oleh kekuatan ekonomi. Jika ekonomi umat
Islam ini bagus, tentulah dakwah akan bisa dijalankan dengan maksimal dan agaknya
secara otomatis tingkat keberagamaan umat Islam akan lebih bagus. Bukankah Ali
pernah bersabda, “Kefakiran sangat dekat dengan kekukufuran”.
Ketujuh, Dari peristiwa ini,
terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam masyarakat
telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah
diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim
setara/egaliter.
Kedelapan,
Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba
di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram,
dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
Kesembilan, Adalah di
Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa
bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok
Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang
kemudian, yang kemudian disebut Piagam Madinah.
Itulah di antara hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa
hijrahnya nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah. Semoga bisa menjadi
pelaran bagi kita. Amin.
Akhirnya
marilah kita berdo’a menyambut kedatangan Tahun baru Hijriah 1435 H
(dibaca ba’da ashar di akhir tahun, 3 kali)
““Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Alhamdulilahirabbil alamiin. Washalallaahu ‘alaa sayyidinaa
Muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa salam.
Allahumma maa ‘amiltu fii haadzihis sanatilmimmaa nahaitanii
‘anhu falam atub minhu walam tardlahu walam tansahuu wahalimta ‘alayya ba’da
qudratika ‘alaa ‘uquubatii wada’autanii ilattaubati minhu ba’da juratii ‘alaa
ma’shiyatika fainnii astaghfiruka faghfirli. Wamaa ‘amiltu fiihaa mimmaa
tardlaa-hu wawa’adtanii ‘alaihits tsawaaba fa as alukallaahumma yaa kariimu yaa
dzal jalaa-li wal ikraami an tataqabbalaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin
nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam” (3x)
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh Alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah. Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Amin yaa rabbal ‘alamin.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh Alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah. Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Amin yaa rabbal ‘alamin.
DOA AWAL TAHUN (dibaca ba’da maghrib di awal tahun, 3 kali)
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu’min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu’min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.
Do’a Awal Tahun
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Alhamdulillahirabbil alamiin. Wa shallallaahu ‘alaa
(sayyidinaa) Muhammadin asrofil mursaaliin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii
ajmain.
Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa
fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala
ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi
wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa
yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin,
wa sallallaahu ‘alaa (sayyidina) Muhammadin wa ‘ alaa ‘ aalihi wa shahbihii wa
sallam. Walhamdulillahirrablil alamiin
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat
dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada
anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun
baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun
ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami
memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada
kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami
kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarganya dan sahabatnya. Dan Segala puji milik
Allah, Tuhan seluruh alam. Amin yaa rabbal ‘alamin